Pada zaman dulu, di suatu pagi yang
cerah, Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang
berjalan-jalan di pinggir hutan. Dia hanya ingin mencari udara segar,
melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap,
karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia
ingin berjemur di bawah terik matahari.
Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhh… siapa
yang teriak-teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei
Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan nanti kamu.” Kata buaya kedua
yang juga muncul. “Wah…. bagus kalian mau keluar, mana yang lain?” kata
Kancil kemudian. “Kalau cuma dua ekor masih sisa banyak nanti makanan
ini. Ayo keluar semuaaa…!” Kancil berteriak lagi. “Ada apa Kancil
sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya. “Begini, maaf kalau aku
mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat
buaya-buaya di sungai ini,” makanya harus keluar semua.
Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu
segera memanggil teman-temannya untuk keluar semua. “Hei, teman-teman
semua, mau makan gratis nggak? Ayo kita keluaaaar….!” buaya pemimpin
berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah
buaya-buaya dari dalam air. “Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada
berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya pada baris berjajar
hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku akan menghitung satu
persatu.”
Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi,
berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga
membentuk seperti jembatan. “Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,”
kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil
berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” begitu seterusnya sambil terus
meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia
sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya
bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah
kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku
hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat.
Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf
kalau aku mengerjai kalian,” kata Kancil. “Ha!….huaahh… sialan… Kancil
nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Aws kamu ya.. kalau ketemu lagi
saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram. Si Kancil segera berlari
menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun.
Sumber :
http://ceritadongeng-indonesia.blogspot.co.id/2014/11/si-kancil-dan-buaya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar