Pada Zaman dulu, disebuah hutan tinggallah seekor kancil, cicak dan
kawanan semut. Mereka hidup dengan bahagia di hutan tersebut. Hanya saja
si Cicak agak nakal dan sering mengganggu teman-temannya.
Ketika para semut melihat segerombol buah apel merah yang ranum, mereka berteriak-teriak pada Sang Kancil untuk memetiknya. Maka Sang Kancil dengan gesit melompat dan menyundul apel-apel itu hingga jatuh ke tanah.
Tak berapa lama kemudian para semut merubungi apel-apel tersebut dan
mulai memotongnya menjadi potongan kecil-kecil. Sebagian dipanggul,
sebagian lagi didorong beramai-ramai. Begitulah acara bermain dihentikan
sejenak setelah mereka menemukan tempat yang nyaman untuk beristirahat
sambil menikmati buah apel.
Namun saat para semut sedang berpesta apel, tiba-tiba muncul Cicak yang merayap cepat dan Happp!!! menangkap potongan apel yang paling besar dengan lidahnya lalu cepat-cepat kabur ke balik semak-semak. “Waaaduhhh ada pencuri! Pencuri! Pencuri!” teriak para semut dengan kagetnya.
Namun saat para semut sedang berpesta apel, tiba-tiba muncul Cicak yang merayap cepat dan Happp!!! menangkap potongan apel yang paling besar dengan lidahnya lalu cepat-cepat kabur ke balik semak-semak. “Waaaduhhh ada pencuri! Pencuri! Pencuri!” teriak para semut dengan kagetnya.
Kancil yang sedang enak-enak berjemur sambil menikmati manisnya buah
apel jadi kaget. Kemudian setelah tahu apa yang telah terjadi maklumlah
dia. Rupanya ada cicak badung yang berulah menyerobot potongan apel yang
di bawa para semut. Setelah berpikir sejenak, Si Kancil yang sangat
bijaksana ini membisikkan suatu rencana pada para semut. Sontak setelah
mendengar kata-kata yang dibisikkan, para semut serentak tertawa
terpingkal-pingkal.
Sang Kancil melompat ke semak-semak dan sebentar kemudian kembali dengan
membawa segenggam buah kecil berwarna merah. Para semut membawa
potongan buah merah itu sambil sebentar-sebentar berhenti karena tak
kuat menahan tawa. Rupanya para semut menganggap rencana mereka
benar-benar sangat lucu. Pesta dimulai lagi, para semut kembali makan
apel yang telah dipotong kecil-kecil. Buah merah pemberian Sang Kancil
sengaja diletakkan di pinggir dan tidak dijaga oleh para semut. Mereka
tertawa, bergandengan tangan, menari sambil sebentar-sebentar melirik ke
tumpukan buah merah di pinggiran.
Disaat para semut sedang berpesta, tiba-tiba Cicak kembali datang dan
langsung menangkap buah-buah merah yang diletakkan di pinggir lalu
kabur. Anehnya bukannya marah, tapi para semut malahan tertawa
terpingkal-pingkal melihat Cicak membawa lari buah-buah itu. Terdengar
suara tawa para semut riuh rendah mentertawakan Cicak yang lari sambil
menggondol buah merah. Cicak yang tengah berlari itu jadi bertanya-tanya
mengapa para semut tertawa terbahak-bahak melihat dia mencuri buah
merah. Kemudian dicicipinya buah merah itu, hhmmm rasanya manis dan
enak. Tak terasa beberapa saat kemudian dia sudah tertidur kekenyangan
dan lupa dengan pertanyaan yang timbul dalam benaknya.
Saat terbangun si Cicak penasaran dengan tawa para semut. Maka dia
kembali mendekat dan mengintip ingin tahu apa yang aneh dengan para
semut. Dilihatnya Sang Kancil sedang dikerumuni para semut sambil
berbicara sesuatu. “Jadi buah merah tadi bukan cabe yah???. Percuma dong
kita gagal memberi pelajaran pada si pencuri” kata seekor semut paling
besar mewakili teman-temannya. Rupanya para semut tertawa
terpingkal-pingkal karena menyangka buah yang mereka letakkan di pinggir
adalah cabe, sehingga si pencuri akan kepedasan saat memakannya. Saat
tahu buah merah itu bukan cabe mereka jadi kecewa. “Kalian terlalu tulus
untuk bisa menjebak orang lain. Kalian tak bisa menahan tawa
terpingkal-pingkal mendengar rencanaku. Pastilah si pencuri akan curiga
dan meneliti buah yang dicurinya. Saat tahu itu cabe, dia tidak akan
memakan dan akan kembali untuk mencuri buah lainnya. Jadi aku ganti saja
dengan buah strawberry yang banyak di sekitar sini. Biar saja dia
kenyang, biar tidak mengganggu kita lagi” kata Kancil
Para semut saling berpandang-pandangan dan mengakui bahwa mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Pastilah si pencuri mendengar tawa itu dan jadi curiga. Para semut memang tidak bisa berpura-pura, mereka selalu jujur dalam bertindak dan berkata-kata. “Pencurinya adalah si Cicak. Biarlah nanti aku datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry dan sedikit nasehat. Biar dia tidak mencuri lagi” kata Si Kancil.
Para semut saling berpandang-pandangan dan mengakui bahwa mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Pastilah si pencuri mendengar tawa itu dan jadi curiga. Para semut memang tidak bisa berpura-pura, mereka selalu jujur dalam bertindak dan berkata-kata. “Pencurinya adalah si Cicak. Biarlah nanti aku datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry dan sedikit nasehat. Biar dia tidak mencuri lagi” kata Si Kancil.
Tak terasa, Si Cicak meneteskan air mata mendengar semua kata-kata Si
Kancil. Rupanya Sang Kancil mengganti cabe dengan apel bukan saja karena
para semut tidak bisa menahan tawa, tapi juga karena dia sayang pada
Cicak kecil. Buktinya Sang Kancil akan datang ke rumahnya sambil membawa
sekeranjang strawberry. Diam-diam Cicak kecil merasa dirinya telah
melakukan perbuatan hina dina pada makhluk-makhluk yang baik hati.
Pesan Moral Cerita Dongeng Kancil, Semut dan Cicak adalah :
Jangan kita balas kejahatan dengan kejahatan. dengan kita berbuat baik
pada orang yang telah menjahati kita, maka orang tersebut akan berfikir
dan kemungkinan besar akan menyadari kesalahannya. Berbuat baik adalah
perbuatan mulia.
Instal Aplikasi Android disini : Cerpen Fabel
sumber :
http://ceritadongeng-indonesia.blogspot.co.id/2015/08/cerita-dongeng-kancil-semut-dan-cicak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar