Zaman dahulu, anjing memang sudah bersahabat dengan kuda. Mereka
kemana-mana selalu bersama, jika kuda sedang makan rumput di padang,
anjing menunggu sambil tiduran. Demikian juga jika anjing sedang makan,
kuda pun duduk sambil mengunyah – ngunyah rumput. Meskipun begitu,
anjing sering usil pada kuda. Namun Kuda adalah binatang yang sabar.
Walau diusik dengan keusilan anjing, ia tetap saja tersenyum.
“Hai, kuda ! Aku mendengar manusia menuduh kawannya. Manusia itu
mengatakan bahwa senyum kawannya itu seperti senyum kuda.” Kata Anjing.
Kuda tidak menjawab . Ia hanya tersenyum . “Apakah senyummu itu menarik
atau menjijikan ?” Tanya anjing menggoda kuda . “Manusia memang ada-ada
saja yang diceritakan, mereka pandai mencaci, tetapi mereka sendiri
tetap jahat.” Kata kuda, yang merasa dirinya juga tersinggung dengan
ucapannya itu. “Hai anjing ! aku juga sering mendengar manusia menuduh
sesamanya. Katanya senyum manusia itu seperti anjing. Apa ya, kira-kira
makudnya ?” Balas kuda.
Anjing yang merasa terpukul lalu menjawab. “Ah, sama saja dengan katamu
tadi bahwa manusia suka mencaci, menjelek-jelekkan orang lain. Padahal
mereka sendiri lebih jelek. Bukankah mereka itu yang membunuh dan
membakar anjing ? Senyum anjing dibakar adalah senyum penderitaan
bukanlah senyum kegembiraan.”
Suatu ketika, anjing mengundang kuda agar datang ke rumahnya. Ia hendak
mengadakan pesta, kuda datang tanpa curiga. Sambil membawa bingkisan
dedak padi bercampur garam.
Ketika kuda tiba di rumah anjing, persiapan pesta telah siap. Kambing, kerbau, dan lembu juga hadir.”
“Saudara-saudara, acara pesta akan kita mulai, saya harap saudara –
saudara duduk dengan tertib.” kata anjing. “Mbek, ……. Sejak nenek
moyangku belum pernah duduk, susah juga nih !” kata Kambing. “Saya juga
belum pernah duduk, tapi kita harus menghormati tuan rumah.” Kata Kuda
juga. “Uh…..betul-betul terlalu, masak kita disuruh duduk ! apakah
anjing tidak tahu bahwa kita tidak dapat duduk ?” Ucap lembu kesal
merasa dipermainkan. “Saya jadi serba salah mana mungkin saya dapat
duduk seperti anjing !” kata kerbau.
Anjing yang sejak tadi di dapur menyediakan makanan, diam-diam
mendengarkan keluhan para tamunya tersebut, ia pun tertawa dalam hati.
“Tahu rasa kalian !” kata anjing dalam hati sambil berjalan menuju ke
ruang tamu. “Silakan duduk dengan enak, saudara – saudara ! Mengapa
kelihatan gelisah ? apa ruang tamu ini kurang serasi ?” kata anjing
sambil menyodorkan makanan.
Mereka terdiam sambil terus mencoba duduk. Kambing duduk dengan kaki
belakang selonjor. Kaki depan ditopangnya. Punggungnya terasa pegal, mau
patah. Kuda juga begitu. Kerbau berkali-kali terguling karena kaki
depannya sulit menopang perutnya yang besar, lembu melenguh-lenguh
menahan napasnya yang terasa sesak. Akhirnya tamu – tamu itu memberontak
dan marah-marah. Apalagi ketika mereka mendengar anjing tertawa
terbahak – bahak di dapur.
“Kurang ajar, kau ! Berani mempermainkan kami !” bentak kuda sambil
menyepak anjing dengan kaki belakangnya. Hadirin beramai – ramai hendak
menghajar anjing. Akan tetapi, anjing dapat melarikan diri. Dengan
terpincang – pincang, anjing lari terbirit – birit meninggalkan tamunya.
Rumah anjing itu diobrak-abrik hingga berantakan. Sejak saat itu
persahabatan mereka menjadi retak. Itulah sebabnya, anjing selalu
menggonggong jika bertemu dengan kuda, kambing, lembu, atau kerbau.
sumber:
http://ceritadongeng-indonesia.blogspot.co.id/2015/09/dongeng-fabel-kuda-dan-anjing.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar