Rabu, 30 Maret 2016

Jerapah dan Kelinci

Zaman dahulu, di sebuah hutan yang dipenuhi pohon besar nan subur menghijau tinggallah para hewan dengan berbagai jenis, mulai dari kupu-kupu, lebah, penyu, burung gagak, kura-kura, gajah, kancil, jerapah, singa, harimau, elang, bangau, kelinci hingga semut.
Suatu hari, Singa sedang sakit tetapi tak satu pun binatang yang bisa memberikannya obat, dan hanya buah apel pelangi yang bisa menyembuhkannya. Tetapi dengan ketinggian bukit yang sangat curam, Si Srigala yang merupakan Tabib di hutan itu tidak bisa mengambilnya. Karena semua hewan yang dimintai tolong semuanya tidak ada yang berani mengambil, akhirnya Sang Singa itu mengadakan sayembara. Sayembaranya adalah “Bagi hewan yang dapat mengambil buah apel pelangi yang bisa menyembuhkan dirinya yang sedang sakit, dan dapat mengambilnya dengan tepat waktu di atas bukit di hutan tersebut. Singa akan memberikan mahkota pangeran sebagai pendamping Raja Hutan dan dua peti emas”.
Mendengar sayembara dengan hadiah yang cukup besar itu, para penghuni hutan yang tadinya takut dan tidak berani mengambil buah di lereng curam itu akhirnya menjadi sangat tertarik dan ingin mengikuti sayembara yang diberikan Singa. Tetapi dengan ketinggian bukit itu yang sangat curam, jarang ada hewan yang bisa melewatinya. Sayembara itu membuat hutan menjadi ramai dengan para hewan yang membicarakannya. “Hai teman-teman, Apakah kalian juga akan mengikuti sayembara dari raja hutan baginda Singa itu?”, tanya seekor Jerapah. “Iya, aku pasti akan mengikuti sayembara itu, karena aku ingin menjadi pangeran hutan dan kaya raya.”, jawab seekor Badak. “Bukan hanya kamu, aku pun ingin menjadi pangeran di hutan ini.” Kata seekor Keledai. “Kalau aku juga ingin mendapat sekarung emas.” Kata kancil juga. “Kalau hadiahnya sebesar itu, aku juga akan mengikuti sayembara itu, kamu sendiri bagaimana Jerapah?” tanya Kelinci pada Jerapah. “Itu sudah pasti, aku kan hewan yang paling kuat dan punya jangkauan paling tinggi di hutan ini, pasti dengan mudah buah itu akan saya dapatkan dan aku sudah pasti yang akan menjadi pangeran hutan ini.” Jerapah menjawab dengan sombongnya. “Hei, kamu jangan merasa paling bisa dulu Jerapah, kita kan belum bertanding.” Kata Gajah. “Belum bertanding saja aku sudah tau pasti kalian tidak akan kuat mendaki bukit itu.” Ketus Jerapah sambil mengibaskan kepalanya. “Jerapah, kamu tidak boleh sombong dengan kekuatanmu, dan untuk teman-teman yang lain. bertandinglah untuk menyelamatkan sang raja, bukan hanya untuk mendapatkan hadiah.”, jelas kelinci dengan sopan. “Iya kelinci, pada dasarnya aku ingin menyelamatkan raja.” Kata kura-kura. “Ah Sudahlah! Aku malas berbicara dengan kalian. Aku ingin pulang saja, dan aku ingin beristirahat supaya besok aku akan memenangkan sayembara itu.” kata Jerapah kesal. Mendengarkan pernyataan ketus Jerapah, hewan-hewan lainnya pun menjadi kesal akan sikap Jerapah yang sangat angkuh dan sombong itu. Dan mereka pun beranjak pulang untuk menyiapkan diri mengikuti sayembara besok.

Keesokkan harinya, Raja Hutan Baginda Singa menyatakan untuk memulai sayembara bagi warga hutan. “Bagi para penduduk hutan yang ingin mengikuti sayembara, segera maju ke depan. Karena sayembara akan segera dimulai.” Suara raja hutan Singa dari atas podium di depan Istana. Mendengar pernyataan itu, para hewan yang akan mengikuti sayembara segera berlari mendekati Singa yang tampak lemah karena sakitnya. Dengan berbekal semangat dan kekuatan, para hewan dengan percaya dirinya mengikuti sayembara. Para binatang pun sudah berkumpul di depan istana, raja Singa pun memberikan pengarahan kepada para binatang. “Peraturannya adalah bahwa para binatang harus memetik apel pelangi yang berada di atas bukit dan segera membawanya turun ke dalam istana, lalu memberikannya padaku.” Jelas raja Singa. “Pasti aku yang akan memenangkan sayembara ini, aku lebih kuat dan tangguh daripada kalian semua. Hai, kura-kura! Sebaiknya kamu tidak usah mengikuti sayembara ini, kamu terlalu lemah sudah pasti kamu kalah.” kata Jerapah mengejek kura-kura yang berada di sampingnya saat itu. “Kamu sombong sekali Jerapah, semua hewan berhak mengikuti sayembara ini.” kata kura-kura. “Iya itu benar, semua hewan berhak mengikuti ini, dan yang terpenting kami sudah melakukan pemanasan.” Kata Kelinci. “Terserah kalian sajalah! Kamu juga kelinci, kamu pasti akan aku kalahkan, meski aku tidak melakukan pemanasan seperti kalian, tapi aku sudah pasti menang.” Kata Jerapah dengan sombongnya. Mereka saling bicara hingga membuat gaduh. Tiba-tiba sang Raja Singa mengatakan bahwa sayembara akan segera dimulai. “Perhatian untuk semaunya, harap tenang.... Saya berpesan berhati-hatilah dalam mendaki bukit, dan Apakah kalian sudah siap?” . tanya Raja Singa. “Kami sudah siap Baginda!!” teriak para hewan yang mengikuti sayembara serentak.

“Guungggggggg…!!!!".  Raja baginda Singa memukul Bende/Gong sebagai tanda sayembara telah dimulai. Semua hewan yang mengikuti sayembara pun berlarian menurut rutenya masing-masing, mereka berlari sekencang mungkin saling berlomba untuk lebih dahulu mencapai puncak bukit. Dan ketika setengah perjalanan menuju atas bukit banyak hewan yang kelelahan dan akhirnya menyerah dan terkulai lemas dengan nafas yang tersengal-sengal. Si Keledai malah sampai nyungsep karena saking capeknya. Sementara Gajah terduduk di bawah pohon sambil menjulur-julurkan belalainya dan mengibaskan telinganya untuk kipasan. Bahkan si Kambing dan Serigala sudah balik arah sebelum sampai mendekati bukit. Kini peserta yang masih bertahan tinggal menyisakan dua ekor hewan yaitu, Jerapah dan Kelinci. Awalnya Jerapah memimpin di depan, tetapi ketika hampir sampai di atas bukit, tiba-tiba saja kaki Jerapah mengalami kejang-dan keram, ia pun tidak bisa melanjutkan perjalanannya mengambil buah apel pelangi, akhirnya ia berhenti di bawah pohon yang teduh sambil meringis kesakitan memegangi kakinya. Kelinci yang awalnya berada di belakang Jerapah, sekarang ia sudah sampai di atas bukit dan segera memetik beberapa buah apel tersebut untuk diberikan pada raja hutan Baginda Singa.

Ketika ia hendak turun untuk kembali ke istana, ia melihat Jerapah yang sedang merintih kesakitan sambil berguling-guling seperti anak kecil yang minta mainan. “Jerapah, Kakimu kenapa, mengapa kamu terlentang begitu?” Tanya kelinci sambil melihat kaki jerapah yang kaku mengacung ke atas. “Kakiku sakit sekali...!!! kakiku kejang, mungkin karena aku belum melakukan pemanasan seperti kamu sebelum bertanding tadi, aku sangat sulit untuk berjalan sendiri, tolong aku kelinci!!!.” Pinta Jerapah. “Baiklah Jerapah, aku akan membantumu menuruni bukit ini, dan kita harus segera memberikan buah apel ini kepada Paduka raja Singa.” Kata Kelinci sambil membantu jerapah untuk berdiri. “Maafkan aku ya kelinci, selama ini aku sudah bersikap buruk kepada kamu dan teman-teman yang lain.” Kata Jerapah sambil menampakkan raut menyesali perbuatannya yang lalu. “Kita harus selalu bersikap baik dengan semua orang sekalipun ia sudah berbuat jahat kepada kita. Mari... kita harus segera turun ke istana.” Ucap kelinci. “Kamu bergitu mulia hatinya. saya sangat menyesal dengan telah berbuat yang tidak baik padamu”. Kata Jerapah sambil beranjak menuruni bukit.

Tidak beberapa lama kemudian Jerapah dan kelinci sampai di depan istana, kelinci yang membawa buah apel pelangi langsung memberikannya kepada Singa di dalam istana. Dengan disaksikan oleh banyak binatang lain, Baginda Singa pun segera memakan buah itu dan seketika ia pun sembuh dari sakitnya. Para hewan pun bersorak gembira dan mengucapkan selamat untuk Kelinci karena ia sudah berhasil menyembuhkan sang Raja. Raja Singa memenuhi janjinya, ia memberikan mahkota pangeran dan dua peti emas kepada Kelinci. “Kelinci, Aku sangat berterima kasih kepadamu, kamu sudah berhasil menyembuhkanku dengan buah yang kau bawa. Sekali lagi, Terima Kasih Banyak.” Kata Raja Singa. “Iya Raja, aku sangat senang bisa membantu paduka. Dan terima kasih banyak atas hadiah yang paduka berikan ini.” Kata Kelinci dengan sopan.

Tiba-tiba Jerapah menghampiri Kelinci. “Kelinci, Sekali lagi terima Kasih ya, karena tadi kamu sudah menolongku, dan selamat kamu sudah menjadi Pangeran di Hutan ini. Selamat ya teman, kamu masih tetap mau menjadi temanku kan?” Kata Jerapah sambil tersenyum dan berharap. Semua pun kaget dengan sikap Jerapah yang lembut , karena selama ini ia bersikap buruk kepada semua hewan. “Iya Jerapah, aku senang bisa membantumu dan bisa membuatmu berubah sikap menjadi baik. Iya, kamu tetap akan menjadi temanku untuk selamanya.” Kata Kelinci sambil tersenyum. Hewan-hewan yang lain pun ikut terharu dan bahagia dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Jerapah pun menjadi hewan yang baik hati, suka membantu hewan lain yang kesusahan dan tidak sombong lagi. Sementara Kelinci menjadi pangeran hutan yang selalu baik dan membantu warga hutan dan teman-temannya. Mereka pun hidup rukun damai sentausa dalam kebersamaan di Hutan itu.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Jerapah dan Kelinci adalah : Janganlah kita merasa paling pandai dan sombong kepada orang lain. Orang yang sombong dan merasa paling pintar dan serba bisa suatu saat pasti membutuhkan bantuan orang lain, bahkan bukan tidak mungkin bantuan itu datang dari orang yang kita musuhi dan dianggap bodoh dan lemah.

Instal Aplikasi Android disini : Cerpen Fabel
sumber : 
http://ceritadongeng-indonesia.blogspot.co.id/2015/08/dongeng-fabel-jerapah-dan-kelinci.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar